Selasa, 06 Januari 2015

Pengertian dan Asal Mula Kata "Tahlilan"


Dewasa ini sebagian orang ada yang merasa alergi ketika mendengar kata tahlilan. Setiap kata itu disebut di depannya, maka yang hadir di benaknya adalah bahwa itu perbuatan bid’ah yang haram untuk dilakukan. Ketika diminta untuk menyampaikan dalil pengharamannya, maka ia akan menjawab, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukannya dan tahlilan merupakan ajaran agama Hindu yang diadopsi dan dimasukkan ke dalam Islam. Benarkah pendapat yang demikian itu? Untuk menjawabnya, mari kita simak uraian demi uraian di blog ini dan semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjernihkan hati kita sehingga kita bisa memahaminya dengan baik.

Kalau kita membuka kamus-kamus bahasa Arab, misalnya al-Mu’jam al-Wasith, al-Munawwir dan sebagainya, akan kita temukan bahwa tahlilan itu berasal dari kata dalam bahasa Arab, yakni: هَلَّلَ - يُهَلِّلُ - تَهْلِيلاًَ - أَيْ قَالَ: لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ yang artinya membaca kalimat tauhid laa ilaaha illallaah. Kalimat tauhid adalah kalimat persaksian yang menegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah subhanahu wa ta’ala, dan ia termasuk ke dalam salah satu bentuk dzikir kepada Allah, bahkan dikatakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai dzikir yang paling afdhal. 

Simaklah hadits berikut ini:

أَفْضَلُ الذِّكْرِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
“Sebaik-baik dzikir adalah laa ilaaha illallaah” (HR Imam Tirmidzi dari Jabir bin Abdullah ra).


Selain berdasarkan pada hadits di atas kata tahlil juga termaktub pada hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lainnya:

‏إِنَّ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَلاَئِكَةً ‏سَيَّارَةً ‏‏فُضُلاًَ ‏يَتَتَبَّعُوْنَ ‏مَجَالِسَ الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوا مَجْلِسًا فِيهِ ذِكْرٌ قَعَدُوْا مَعَهُمْ وَحَفَّ بَعْضُهُمْ بَعْضًا بِأَجْنِحَتِهِمْ حَتَّى يَمْلَئُوْا مَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَإِذَا تَفَرَّقُوْا عَرَجُوْا وَصَعِدُوا إِلَى السَّمَاءِ قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ مِنْ أَيْنَ جِئْتُمْ فَيَقُولُونَ جِئْنَا مِنْ عِنْدِ عِبَادٍ لَكَ فِي اْلأَرْضِ يُسَبِّحُوْنَكَ وَيُكَبِّرُوْنَكَ وَيُهَلِّلُوْنَكَ وَيَحْمَدُوْنَكَ


Artinya: “Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi memiliki sejumlah malaikat yang terus berkeliling mencari majelis dzikir. Apabila mereka telah menemukan majelis dzikir tersebut, maka mereka terus duduk di situ dengan menyelimutkan sayap sesama mereka hingga memenuhi ruang antara mereka dan langit yang paling bawah. Apabila mejelis dzikir itu telah usai, maka mereka juga berpisah dan naik ke langit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meneruskan sabdanya, “Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala bertanya kepada mereka, Dzat Yang Maha Tahu tentang mereka, “Kalian datang dari mana?” Mereka menjawab, “Kami datang dari sisi hamba-hamba-Mu di bumi yang selalu bertasbih, bertakbir, bertahlil dan bertahmid…” (HR Imam Muslim dari Abu Hurairah ra).

Perhatikanlah hadits di atas. Di dalamnya disebutkan kalimat wayuhalliluunaka (mereka bertahlil kepada-Mu), yakni mereka bersama-sama mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah. Dengan menyimak asal mula kata tahlilan yang berasal dari kata tahlil yakni mengucapkan kalimat laa ilaaha illallah, maka dapat dikatakan bahwa tahlil itu sudah dikenal dan sudah ada sejak Islam ada. Bahkan seseorang yang hendak menganut agama Islam, maka kalimat pertama yang harus diucapkannya adalah dua kalimat syahadat, yang satu di antaranya adalah kalimat tahlil. (Abiza)

7 komentar:

  1. Trus apa hubungannya dgn selmtan org yg sdh mninggal..?

    BalasHapus
  2. Yang menjadi pedoman bahwa nabi saw dan sahabatnya tdk pernah berbuat spt itu bahkan dikatakan ada tiga. Amalan yg diterima stl orang meninggal. Mohon penjelasan dg dalil dari Al quran dan dan hadits yg shohih

    BalasHapus
  3. semua yg anda tanyakan akan di jawab oleh google... hagagaha

    BalasHapus
  4. Saya meyakini itu dan sayapun menjalankan.. krn sisi dan segi ibadah amaliah tak terbatas dari sumber al-qur'an.. Dan tuntunan rosulullah hanya ibadah pokok. Apa bila sesorang slalu ingin di tuntun terus dalam aktivitas ibadah'a pada rosul. maka jasad rosull gak mampu untuk menggali makna dan mengaplikasikan ilmu" allah. Usia beliau (rosul) hanya di batasi 23 th dalam misi menyebarkan ilmu allah. Ini direvolusikan ibadah yang sunah untuk mencapai dan slalu ingat sang holiq.. krn ibadah tidak ada batas dengan metode'a slagi tidak ada hadis mutlaq (tidak di perbolehkan) krn hadis tidak bermakna maksut (satu makna), tp anda otak terbatas dalam memandang segi makna yang di maksut. Tp kembali tanya pada diri anda sendiri tidak (yakin 100% adalah harom ) atau ada keraguan di hati anda bahwa tahlil benar" bergun?? # sesama hamba tidak boleh memberi rapot# smakin anda menilai harom, smakin anda menandingi malaikat yg sedang menulis amal

    BalasHapus
  5. Saya diberi resum oleh teman saya tentang ceramah seorang ulama.
    Dulu para waliyullah dalam memasukkan ajaran Islam kepada orang Jawa yang beragama Hindu sangat sulit, sehingga para waliyullah memasukkan sedikit Demi sedikit ajaran agama Islam kedalam budaya Hindu, agar diterima oleh masyarakat Hindu, ketika ada orang Hindu meninggal, diadakan upacara kematian 7 malam, dengan minum2 arak, sehingga oleh waliyullah diganti menjadi tahlilan ketika ada orang yang meninggal.

    BalasHapus
  6. Saya diberi resum oleh teman saya tentang ceramah seorang ulama.
    Dulu para waliyullah dalam memasukkan ajaran Islam kepada orang Jawa yang beragama Hindu sangat sulit, sehingga para waliyullah memasukkan sedikit Demi sedikit ajaran agama Islam kedalam budaya Hindu, agar diterima oleh masyarakat Hindu, ketika ada orang Hindu meninggal, diadakan upacara kematian 7 malam, dengan minum2 arak, sehingga oleh waliyullah diganti menjadi tahlilan ketika ada orang yang meninggal.

    BalasHapus