الحمد لله أحمده
وسبحانه وتعالى على نعمه الغزار, أشكره على قسمه المدرار, . أشهد ان لا اله
الا الله وحده لا شريك له. واشهد ان سيدنا محمدا عبده و رسوله النبي
المختار. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله الأطهار وأصحابه الأخيار وسلم
تسليما كثيرا. أما بعد فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم
مسلمون.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah yang Maha Agung shalawat
dan salam terhaturkan kepada Rasulullah manusia paling sempurna di jagat
alam. Pada hari kesempatan yang istimewa ini marilah kita bersama-sama
meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Karena ketaqwaanlah yang
akan membawa kita pada keselamatan.
Khutbah kali ini ingin menyampaikan satu hadits Rasulullah saw yang
jika diperhatikan secara seksama memberikan ajaran kepada seorang muslim
agar tidak terjerumus dalam kerugian. Hadits itu berbunyi:
رُوِىَ عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: مَنْ أَصْبَحَ
وَهُوَ يَشْكُو ضَيْقَ الْمَعَاشِ فَكَاَنَّمَا يَشْكُو رَبَّهُ وَمَنْ
أَصْبَحَ لِأُمُوْرِ الدُّنْيَا حَزِيْنًا فَقَدْ أَصْبَحَ سَاخَطًا عَلىَ
اللهِ وَمَنْ تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ لِغِناَهُ فَقَدْ ذَهَبَ ثُلُثَا
دِيْنِهِ
Diriwayatkan dari Nabi saw sesungguhnya beliau pernah bersabda:
barang siapa bangun di pagi hari kemudian mengadukan kesulitannya kepada
sesama (mahkluk/manusia), maka seolah-olah ia mengadukan tuhannya
(karena tidak rela dengan apa yang diterimanya). Dan barang siapa merasa
sedih dengan kondisi duniawinya di waktu pagi, maka dia pagi-pagi
telah membenci Allah. Dan barang siapa merendahkan dirinya di hadapan
orang kaya karena kekayaannya sungguh telah lenyap dua pertiga agamanya.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Itulah tiga hal yang seharusnya dihindarkan oleh setiap muslim.
Mengingat ketiga hal tersebut memiliki dampak buruk kepada hubungan
manusia dengan Allah swt.
Pertama, hindarkanlah kebiasaan mengeluh kepada sesama akan
kondisi yang ada. Karena hal itu sama artinya dengan menggugat taqdir
Allah swt yang ditetapkan bagi seorang hamba. Mengeluh dan meratapi
nasib yang diderita sama artinya dengan merasa tidak puasa akan
pemberian Allah swt. Ketidak puasan itu adalah manusiawi, tetapi
hendaknya langsung saja diratapkan dalam doa kepada-Nya janganlah
diadukan kepada sesama. Sebagaimana do’a Nabi Musa yang dipanjatkan
kepada Allah Swt tatkala beliau melewati lautan bersama kaumnya:
اَلَّلهُمَّ لَكَ
الْحَمْدُ وَاِلَيْكَ الْمُشْتَكَى وَاَنْتَ الْمُسْتَعَانُ وَلَا حَوْلَ
وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Ya Allah segala puji bagi-Mu. Kepada Engkaulah aku mengadu dan
hanya Engkau yang bisa memberi pertolongan. Tiada daya dan upaya, serta
tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi
Maha Agung
Kedua, hindarkanlah perasaan sedih dengan kondisi yang ada
dipagi hari. Karena hal itu akan menimbulkan rasa tidak ridha dengan apa
yang diberikan Allah kepada kita. Kedua larangan ini adalah bukti
ketdak sabaran seorang hamba akan nasibnya. Sesungguhnya orang yang
sabar tidak akan menggerutu apalagi mengadukan nasibnya kepada sesama.
Kedua hal di atas pada hakikatnya menunjukkan betapa seeorang hamba tidak lagi bersabar. Karena sejatinya sabar adalah Tajarru’ul murarati bighairi ta’bitsin (tahan menelan barang pahit tanpa cemberut). Oleh
karena itu, ketika di pagi hari kita telah menggerutu akan keadaan
nasib kita, berarti kita bukan lagi orang yang sabar. Apalagi hingga
mengadukan nasib kita kepada sesama manusia dengan mengeluhkan
keberadaan dan keadaan yang kita alami.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ketiga, barang siapa merendahkan dirinya di hadapan orang
kaya karena kekayaannya sungguh telah lenyap dua pertiga agamanya. Poin
ketiga dan terkahir ini dapat dimaknai sebagai larangan Rasulullah saw
akan adanya persaan thama’ dan pengharapan yang tinggi kepada sesama.
Karena pengharapan itu hanya boleh disandarkan kepada Allah swt saja.
Sedangan pada sisi lain juga menunjukkan larangan pengagungan sesama
manusia, apalagi pengagungan itu dilatar belakangi kepimilikan harta,
sungguh hal itu pasti akan berimbas pada penghinaan ilmu dan
kemaslahatan. Bukankah ini telah menjadi fenomena di sekitar kita saat
ini? Di mana orang-orang yang memiliki harta dapat menguasai berbagai
jejaring bahkan dapat menentukan arah ilmu pengetahuan. Bukankah
beberapa wacana yang ada di negeri ini merupakan hasil kerja para
penyandang dana? Na’udzubillahi min dzalik.
Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah
Jika demikian adanya berbagai larangan, lantas apakah hal yang
diperbolehkan untuk kita dalam menilai lebih sesama manusia? Islam hanya
memberikan tiga dua kepada umatnya agar saling menghargai dan
memuliakan pertama karena ilmunya, karena kebaikannya.
Selebihnya tidak ada. Jadi siapapun yang memuliakan manusia dengan
berbagai alasan sesungguhnya orang itu telah terjerembab kepada lubang
kecil yang jika dibiarkan akan menenggelamkan diri pada lumpur
kethamakan.
Akhirul kalam, pada khutbah ini khatib hanya ingin menyampaikan pesan Sayyidul Auliya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani bahwa:
لاَبُدَّ لِكُلِّ مُؤْمِنٍ
فِى سَائِرِ اَحْوَالِهِ مِنْ ثَلَاثَةِ أَشْيَاء: أَمْرٌ يَمْتَثِلُهُ
وَنَهْيٌ يَجْتَنِبُهُ وَقَدْرٌ يَرْضَى بِهِ
Setiap muslim harus berada dalam
tiga keadaan yaitu, melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan Allah
dan rela akan qadha dan qadar (ketetapan) Allah.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ
ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
مَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا
اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى
بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا
عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ
وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى
بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ
وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ
اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ
وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ
وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا
اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ
وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً
يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Sumber: NU Online
0 komentar:
Posting Komentar